Lintas pasundan news com Indonesia di lihat dari berbagai segi, akan menjadi negara besar di dunia, dan dari sisi ideologis Indonesia menemukan sistem moderat di tengah ideologis raksasa dunia; sosialis komunis Cina, dan kapitalis liberalis Amerika.12/01/2024
Tidak terhindarkan secara alamiah terbentuk kelas-kelas dan kasta, hingga terformulasi ideologis di setiap negara, dan tentu saja Cina dan Amerika, sudah mampu menunjukkan eksistensinya sebagai negara super power dunia.
Indonesia dengan jumlah penduduk ke empat dunia, dan negara muslim terbesar dunia, dengan berbagai dinamika politik dari fase ke fase, melalui tujuh presidennya, sudah mampu memanage setiap konflik, dan menjadi negara moderat dengan ideologi Pancasila, yang dalam tatanan ideologi dunia, merupakan ideologi Sosialis Demokrasi, yang merupakan sintesa dari tesa Demokrasi Liberalisme Amerika, versus anti tesa Sosialis Komunis Cina.
Amerika, Cina dan Indonesia adalah negara-negara besar yang sudah mampu memanaje konflik di negaranya masing-masing. Setiap negara yang mampu memanaje konflik sehingga aman terkendali, maka negara tersebut tinggal fokus untuk membangun kekuatan ekonomi, iptek dan militer, untuk secara berkesinambungan membangun kemajuan dari sebuah negara. Tidak ada negara konflik yang bisa membangun infra struktur, namun dengan keamanan yang terkendali, maka negara tersebut bisa membangun dan membangun.
Kesejahteraan ekonomi rakyat dari setiap negara, di tandai dengan perkembangan dan kemajuan infrastruktur, dan Indonesia sudah mulai fokus membangun infra struktur yang sangat luar biasa, oleh karena itulah dunia mulai memperhitungkan Indonesia, dan ke depan diperhitungkan akan menjadi negara besar, bersaing dengan Amerika dan Cina.
Tentu saja untuk kemajuan Indonesia, ada pra syarat mutlak yang paling utama, adalah kestabilan politik, yang mampu memanaje setiap konflik yang ada. Paska reformasi Indonesia mulai mampu membuat sistem demokrasi kerakyatan yang stabil, melalui empat kali pilpres langsung, dengan dua periode SBY, dan dua periode Jokowi, dan sekarang masuk pada periode ke lima.
Indonesia sudah tidak mengalami lagi situasi politik chaos, dan semakin aman terkendali. Polarisasi 2014 dan 2019 pun, sa'at ini sudah memudar dan menurun tajam, dengan masuk pada pilpres 2024. Harapan besar Indonesia menjadi negara maju, semakin besar, manakala dari pilpres ke pilpres setiap konflik dan dinamika yang ada aman terkendali.
Dan untuk memformulasi keamanan negara, Indonesia sudah mutlak perlu membuat demarkasi kasta-kasta politiknya, sehingga mudah mengidentifikasi setiap gejala konflik yang ada, melalui mekanisme demokrasi versi Indonesia yang demikian rumit, maka kasta-kasta politik tersebut dari pengalaman fase 2014 dan 2019 sudah bisa di formulasikan sebagai berikut :
*Kasta Pertama* adalah *Rakyat Sejati*, kita semua bangsa Indonesia mengetahui, bahwa yang berdaulat di negeri ini adalah Rakyat, sesuai UUD 1945, pasal 1 ayat 2, namun masih banyak masyarakat yang belum menyadari, karena saking banyaknya jumlah rakyat Indonesia dengan total 270jt penduduk, dan sekira 210jt yang punya hak pilih. Rakyat sejati diberikan senjata oleh negara, yang bernama *Rahasia*, siapapun yang memposisikan sebagai Rakyat Sejati, sebelum pemilihan mereka akan merahasiakan pilihannya, dan secara kritis akan menilai setiap calon. Rakyat Sejati kokoh berada di tengah, dan memahami kepentingan di atas kepentingan Persatuan Indonesia, oleh karena itu mereka selalu mempersatukan setiap perpecahan blok-blok politik yang ada. Demikianlah secara tegas demarkasi Rakyat Sejati, yang tidak punya kamus kalah dalam pemilu, dan selalu menang. Kemudian paska kemenangan Rakyat Sejati bisa dengan lantang menagih janji-janji politik pemenang, karena dia bisa mengatakan, kami sudah memilih anda, mana janji-janji anda ?. Rakyat Sejati di Indonesia demarkasinya masih bias, lemah dan belum mengorganisir diri sebagai Rakyat Sejati. Jika terjadi penguatan Rakyat Sejati, maka otomatis Indonesia akan semakin kuat dan kokoh, karena bakal tambah banyak orang-orang bijak, yang mengatasnamakan Rakyat Sejati.
*Kasta Kedua,* sudah masuk wilayah politisi, dan kasta kedua ini adalah politisi papan atas yang bernama Calon dan Partai. Mereka bertarung dengan kompetitor-kompetitornya sesama Calon dan Partai, membuat visi misi dan program, dan berupaya mendapatkan kepercayaan dari Rakyat Indonesia, untuk mendapatkan mandat kekuasaan baik eksekutif maupun legislatif. Jadi ketika terpilih mereka semua adalah petugas Rakyat, bukan petugas partai. Selama jadi calon, bisa saja di sebut petugas partai, tapi setelah terpilih, tentu saja sesuai UUD 1945 mereka menjadi petugas Rakyat, dan di gajih oleh Rakyat. Dan partai itu hanyalah infra struktur politik rakyat dalam memformulasikan calon-calon baik eksekutif ataupun legislatif.
*Kasta Ketiga,* mereka adalah para politisi papan tengah dan dalam proses kampanye dan pemenangan, secara alamiah hiduplah mereka dengan mengatasnamakan berbagai elemen pendukung yang bernama timses, relawan serta jejaring terkait dukungan. Mereka bisa hidup tentu saja karena adanya saling percaya, dan komitment politik dengan kasta kedua yang mempunyai modal politik dalam membangun komitment; yaitu visi misi, program, hingga budgeting/cost politik.
*Kasta Ke Empat*, belajar dari polarisasi fase pilpres 2014 dan 2019, residu politik menghasilkan kelas politisi papan bawah, atau bisa di sebut Rakyat yang terjerumus ke lembah hina dina, menjadi politisi papan bawah, atau kesetnya para politisi Kasta Kedua (politisi papan atas), dan Kasta Ketiga (politisi papan tengah). Kasta ke Empat ini, di 2014 dan 2019 bernama Cebong dan Kampret yang di penuhi dengan kebencian terhadap siapapun yang berbeda pilihan, mereka sudah tidak merahasiakan pilihannya lagi, tapi jadi politisi kacangan, yang cuma dapat ributnya saja. Walau dalilnya ingin dapat pahala, tentu saja malah jadi banyak dosa, karena dengan terjadinya Kasta ke Empat, atau bisa di sebut Kaum Odong-odong inilah, justeru terancam adanya dis integrasi bangsa, dan jika tidak terkendali bisa berakibat chaos, dan Indonesia di landa konflik berat, sehingga peradaban yang sudah demikian menggembirakan dengan progres kemajuan demi kemajuan demokrasi, bisa seat back ke belakang lagi, dan menjadi bar-bar kembali. Kasta ke empat ini, dari waktu ke waktu harus di eliminir, di kembalikan kepada posisi yang mulia menjadi Kasta Pertama sebagai *Rakyat Sejati*, karena implikasinya sangat berbahaya dengan jumlah yang sangat banyak dari kasta ke empat ini. Resiko chaos adalah dari polarisasi akut Rakyat Indonesia, yang tidak menyadari adanya kepentingan di atas kepentingan PERSATUAN INDONESIA
Penulis : Ir. Dony Mulyana Kurnia
Editor : Gilang