CINTA SELEMBUT SALJU BERSEMI KEMBALI "



Lintaspasundan news

Cinta itu terkadang seperti musim dingin—dingin, beku, seolah tak ada kehidupan. Namun di balik salju yang membungkus, benih kecil tetap bernafas, menunggu saatnya mencuat ke permukaan.


Begitulah perasaan mereka berdua. Cinta yang pernah terabaikan, kini kembali bersemi, selembut butiran salju yang turun perlahan, menutupi luka lama dengan keindahan yang tak terjelaskan.


Di bawah langit senja, pertemuan yang tak pernah direncanakan membawa mereka pada rasa yang pernah hilang, namun ternyata tak pernah benar-benar mati, seakan tersibakan.


Salju kenangan yang pernah menutup hati KDM perlahan kini mencair ketika ia bertemu kembali dengan Nyi Kokom. Waktu yang panjang sempat menjauhkan mereka, seakan cinta itu hanya jejak samar yang tertinggal di balik kabut. Namun takdir, dengan caranya sendiri, mengembalikan mereka pada satu titik temu.


KDM berdiri terpaku ketika melihat senyum lembut dibibir nan merah Nyi Kokom di sudut kafe kecil itu—senyum yang dulu membuatnya jatuh cinta, dan kini hadir lagi, lebih hangat dari yang ia bayangkan.


“Sudah lama sekali, ya Kang…?????” suara Nyi Kokom bergetar, seolah menahan segala rindu yang merajam dalam yang tak sempat terucapkan.


KDM menunduk, sambil menatapnya lebih dalam. “Iya, Kom… tapi rasanya seperti kemarin. Semua masih sama, hanya kini kitalah yang lebih dewasa.”


Hening sejenak, lalu butiran rasa yang terabaikan mulai bersemi kembali—selembut salju yang turun tanpa suara, namun mampu mengubah seluruh lanskap hati.


Salju tipis turun di halaman hati KDM, menutupi kenangan lama yang dulu sempat ia abaikan. Di balik dingin itu, ada satu nama yang selalu hidup—Nyi Kokom.

Bacajuga

https://www.lintaspasundan.com/2025/09/forkopimda-dan-pejabat-teras-hanya.html

Mereka pernah dekat, pernah saling menaruh hati. Namun jarak, waktu, dan gengsi membuat cinta itu terkubur. Bertahun-tahun berlalu, KDM menyibukkan diri dengan ambisi, sementara Nyi Kokom berjuang menjaga kehangatan dalam kehidupannya. Keduanya sama-sama berpikir bahwa cerita itu sudah usai.


Sampai di suatu sore, di sebuah kafe kecil dikiota lama yang hangat dengan aroma kopi, rupanya takdir mempertemukan mereka kembali.


KDM tertegun. Di hadapannya berdiri Nyi Kokom, dengan senyum simpul yang masih sama, meski kini lebih dewasa, lebih teduh.


“Kom…” suara KDM mendesih lirih, seakan takut jika ini hanya mimpi.

“Kang…hhh!" jawabnya lembut, mata mereka saling bertemu, membawa kembali riak-riak lama.


Mereka duduk, berbincang canggung di awal, lalu mengalir begitu saja. Tentang masa lalu yang terlewat, tentang rindu yang tak pernah sempat diucapkan. Ada tawa, ada diam panjang yang justru membuat hati semakin dekat.


“Aku pikir… ada rasa itu sudah hilang,” bisik Nyi Kokom sambil menunduk malu....????

KDM tersenyum, menatapnya penuh keyakinan. “Rasa yang ada itu tidak pernah hilang, Kom. Ia hanya menunggu waktu yang tepat untuk kembali bersemi.”


Sejenak dunia terasa berhenti. Hanya ada mereka berdua, dan perasaan yang sejak dulu tak pernah mati.


Di luar, hujan tipis mulai turun, seakan alam pun memberi restu. KDM meraih tangan Nyi Kokom—hangat, nyata, dan tak lagi terabaikan.


Dan di detik itu, mereka tahu: cinta yang dulu sempat terlewat kini bersemi kembali, selembut salju yang turun menyelimuti, tapi dengan kehangatan yang tak akan pernah pudar.


SINGAPARNA DIPERTENGAHAN BULAN SEPTEMBER CERIA.(17/09/2025).


IWAN SINGADINATA.

#PUBLIK,#FYP,#INDONESIANTOPOFTHEWORLD,#TAHUN2025

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.