(TETAP WASPADA AKAN BAHAYA LATEN PKI SAAT INI SELALU BERSANDAR PADA AGAMA - MENJELANG & MENYAMBUT HARI KESAKTIAN PANCASILA)


Lintaspasundan news

SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA.(23/09/2025). - Di berbagai daerah di Nusantara tercinta, ritual adat, kesenian, hingga perayaan tradisional kerap dimusyrikan oleh segelintir kelompok. Kita bisa lihat bagaimana upacara sedekah laut dicap syirik, padahal ia sarat makna syukur atas rezeki laut. Kita juga melihat wayang kulit, reog, hingga tarian tradisional dianggap “bid’ah” oleh kelompok yang merasa paling berhak mendefinisikan kebenaran agama.


Lebih ironis lagi, mereka yang paling keras melabeli budaya sebagai musyrik, justru sering menunjukkan perilaku yang jauh dari nilai moral: politisasi agama, praktik kekerasan, bahkan eksploitasi masyarakat atas nama dakwah. Klaim suci berubah menjadi senjata untuk menguasai ruang publik.

Bacajuga

https://www.lintaspasundan.com/2025/09/pwri-kabupaten-tasikmalaya-laporkan.html

Seperti yang kita ketahui kelompok ini selalu mengaku “paling suci” dan membanggakan keturunan yang bahkan tidak jelas asal-usulnya. Dengan lantang mereka menuding tradisi sebagai sesat, padahal dalam kesehariannya mereka sendiri justru menampilkan perilaku yang jauh dari nilai agama yang mereka klaim bela.


Budaya merupakan  fondasi jati diri bangsa. Ketika ia dilecehkan tanpa perlindungan, itu artinya negara gagal menjalankan mandat konstitusi untuk menjaga warisan bangsa. Membiarkan kelompok intoleran berkuasa dengan stigma “musyrik” sama saja memberi ruang bagi perpecahan dan penghancuran karakter nasional. Padahal mereka sendiri paling musyrik.


Namun yang paling disesalkan, negara seolah absen. Pemerintah lebih sibuk dengan seremoni budaya untuk kepentingan pariwisata, tetapi tak berani bersuara keras ketika budaya dilecehkan oleh kelompok intoleran. Diamnya negara adalah tanda kelemahan, bahkan pengkhianatan terhadap konstitusi yang jelas menegaskan kewajiban melindungi budaya bangsa.


Budaya tidak bisa terus dibiarkan menjadi korban stigma. Ia adalah jati diri bangsa yang diwariskan dari generasi ke generasi. Jika negara tak kunjung tegas, kita akan kehilangan bukan hanya kesenian dan ritual, tetapi juga identitas nasional.


Perlindungan budaya harus diwujudkan dalam tindakan nyata: pendidikan publik untuk meluruskan narasi sempit, regulasi yang tegas, dan keberanian pemerintah melawan kelompok yang menggunakan tafsir agama untuk menginjak-injak warisan leluhur.


Budaya Bangsa yang Dimusyrikan: Diamnya Negara Adalah Pengkhianatan


Di negeri ini, warisan budaya leluhur sering kali dimusyrikan oleh sekelompok kecil yang mengaku “paling suci” dan membanggakan keturunan yang bahkan tidak jelas asal-usulnya. Dengan lantang mereka menuding tradisi sebagai sesat, padahal dalam kesehariannya mereka sendiri justru menampilkan perilaku yang jauh dari nilai agama yang mereka klaim bela.


Jika tidak, maka sejarah akan mencatat: pemerintah hari ini ikut bertanggung jawab atas hilangnya martabat bangsa. Diamnya Negara Adalah Pengkhianatan.



IWAN SINGADINATA.

(KONTRIBUTOR BERITA)

#PUBLIK,#INDONESIANTOPOFTHEWORLD

#BUDAYANUSANTARA,#TAHUN2025,#TOLERANSI,#WASPADABAHAYALATENPKI

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.