Lintaspasundan com
SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA.(03/05/2025). Filosofi "Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh" adalah ajaran kearifan lokal yang sangat melekat dalam budaya Sunda, khususnya yang dikaitkan dengan kepemimpinan dan ajaran Prabu Siliwangi Rd. Anggalarang, raja besar dari Kerajaan Pajajaran yang dikenal arif dan bijaksana. Berikut adalah penjelasan luasnya:
1. Silih Asih – Saling Mengasihi
Filosofi ini mengajarkan bahwa setiap manusia harus memiliki rasa cinta dan kasih sayang terhadap sesama makhluk hidup.
Membangun hubungan sosial yang harmonis.
Mengedepankan empati, toleransi, dan kepedulian.
Dalam konteks kepemimpinan Prabu Siliwangi: seorang pemimpin harus mencintai rakyatnya tanpa membeda-bedakan.
2. Silih Asah – Saling Mengasah
Mengandung makna saling mendidik, menasihati, dan memberikan ilmu atau pengetahuan.
Masyarakat diajak untuk terus belajar dan mengembangkan diri.
Mendorong dialog, tukar pikiran, dan kritik membangun.
Dalam ajaran Prabu Siliwangi: pemimpin harus terbuka terhadap masukan rakyat, dan rakyat pun perlu terus belajar untuk menjadi warga yang bijak.
3. Silih Asuh – Saling Mengasuh
Bermakna saling menjaga, membimbing, dan melindungi satu sama lain.
Masyarakat harus saling menjaga dari hal-hal buruk dan saling menuntun ke arah kebaikan.
Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial dan solidaritas.
Dalam filosofi Prabu Siliwangi: pemimpin wajib melindungi rakyat, sementara rakyat juga menjaga moral dan martabat bangsanya.
Inti Filosofis Prabu Siliwangi
Ajaran ini mencerminkan nilai-nilai kepemimpinan yang luhur:
Humanisme (mementingkan kesejahteraan manusia),
Kebijaksanaan dalam mengelola perbedaan,
Harmoni antara manusia dengan sesamanya dan alam.
Bacajuga
https://www.lintaspasundan.com/2025/05/rapat-kerja-komisi-iii-dengan-kantor.html
Filosofi ini tidak hanya berlaku dalam konteks kerajaan, tapi tetap relevan dalam kehidupan modern: di rumah, sekolah, tempat kerja, bahkan dalam pemerintahan.
Beberapa filsafat Barat memiliki kemiripan nilai dengan ajaran "Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh" meskipun berasal dari konteks budaya yang berbeda. Berikut padanannya secara umum:
-Saling Mengasihi.
Padanan Barat: Filsafat Humanisme & Etika Kasih (Agape)
Humanisme menekankan nilai dan martabat manusia, serta pentingnya rasa cinta dan empati antar sesama.
Dalam filsafat Kristen, nilai kasih (agape) dianggap sebagai dasar moral universal: mencintai sesama tanpa syarat.
Erasmus (humanisme renaisans)
Immanuel Kant – dalam etika kategorisnya: memperlakukan manusia sebagai tujuan, bukan alat semata.
-Saling Mengasah
Padanan Barat: Dialektika Socrates dan Pendidikan Humanistik
Socratic Method (metode tanya-jawab Socrates) mendorong diskusi dua arah dan saling belajar.
Paulo Freire, meski lebih kontemporer, mengusung pendidikan yang membebaskan dan bersifat dialogis – bukan satu arah.
Bacajuga
https://www.lintaspasundan.com/2025/05/bupati-sukabumi-hadiri-halal-bihalal.html
Socrates – belajar melalui tanya jawab.
John Dewey – pendidikan progresif berbasis pengalaman.
-Saling Mengasuh.
Padanan Barat: Kontrak Sosial & Etika Kepedulian (Ethics of Care)
Dalam teori kontrak sosial (Rousseau, Locke), masyarakat saling menjaga hak dan kewajiban demi kehidupan bersama yang adil.
Ethics of Care (Carol Gilligan) menekankan tanggung jawab moral untuk merawat dan melindungi sesama, terutama dalam relasi.
Jean-Jacques Rousseau – hubungan timbal balik antara rakyat dan pemimpin.
Carol Gilligan – etika kepedulian, terutama dalam relasi sosial.
Kesimpulan:
Ajaran Silih Asih, Asah, Asuh serupa dengan filsafat Barat dalam hal:
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan,
Pentingnya pendidikan dan dialog,
Dan perlunya tanggung jawab sosial dan kasih sayang dalam membangun masyarakat.
IWAN SINGADINATA.
(KONTRIBUTOR BERITA DAERAH)
@ KANTOR GUBERNUR PROVINSI JAWA BARAT
@ KANG DEDI MULYADI (KDM)
@ KANTOR KUMUNIKASI DAN INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT
@ MASYARAKAT JAWA BARAT
#NUSANTARA,,#INTERNASIONAL,#PUBLIK
