Seharian Dibundaran Monumen K.H. Zainal Musthofa Sukamanah Bypass Kota Tasikmalaya Banyak Pengguna Jalan Berkendara Roda Dua dan Empat Lakukan Pelanggaran "


Lintaspasundan mews

TASIKMALAYA KOTA.(27/01/2025). Mau apalagi sudah tak bisa dipungkiri dan tak bisa ditolelir, para pengguna jalan roda 2 melalui jalan ini dari berbagai arah, arah selatan, utara, timur, barat dan arah timur laut ke pasar cikurubuk sepertinya sudah menjadi kebiasaan, mereka semua khususnya anak anak muda tidak memakai helm pengaman, berpenumpang lebih dari 2 orang serta banyak tak lengkap asesoris kendaraan yang seharusnya, terlebih banyak angkot dan elf yang mencari penumpang yang seharusnya tidak ngetem di bubdaran bypass.


Bilamana hal ini dibiarkan terus-menerus, tentunya sangat mungkin etika berlalu lintas dijalan raya terasa sulit dan tidak ada sikap saling menghormati, hingga kesopananpun hilang, munculah evoisme dan Arogansi seakan Akulah jalan ini yang memiliki.


Menurut para ahli dari barat. sikap egoisme pengguna jalan, disebabkan :


Menurut para ahli, terutama dari perspektif psikologi sosial di Barat, sikap egoisme pengguna jalan sering disebabkan oleh beberapa faktor berikut:


Anonimitas dalam Berkendara

Ketika seseorang berada di dalam kendaraan, mereka cenderung merasa anonim dan kurang bertanggung jawab terhadap orang lain di jalan. Anonimitas ini dapat memicu perilaku egois, seperti tidak memberi jalan atau melanggar aturan lalu lintas.

Bacajuga

https://www.lintaspasundan.com/2025/01/peresmian-sekolah-dasar-unggulan-di.html

Stres dan Tekanan Waktu

Pengguna jalan yang merasa tertekan oleh waktu atau menghadapi stres sehari-hari sering kali menjadi kurang toleran dan lebih egois di jalan. Mereka mungkin mengutamakan kepentingan pribadi tanpa memikirkan dampaknya pada orang lain.


Kurangnya Empati

Dalam situasi lalu lintas, sulit bagi pengemudi untuk melihat ekspresi atau memahami perasaan pengguna jalan lain. Hal ini mengurangi empati, sehingga lebih mudah bagi mereka untuk bertindak egois.


Budaya Individualisme

Dalam budaya yang sangat menekankan kebebasan individu, pengguna jalan mungkin lebih memprioritaskan kebutuhan dan keinginan mereka sendiri daripada memperhatikan orang lain.


Kurangnya Edukasi atau Kesadaran Sosial

Pengguna jalan yang tidak memahami pentingnya kerja sama dan tata tertib di jalan mungkin cenderung bertindak egois. Kurangnya pendidikan tentang etika berkendara juga berkontribusi pada perilaku ini.


Frustrasi Akumulatif

Kemacetan lalu lintas, perilaku pengendara lain, atau kondisi jalan yang buruk dapat menyebabkan frustrasi yang terakumulasi, sehingga mendorong perilaku agresif atau egois.


Pendekatan untuk mengurangi egoisme di jalan melibatkan edukasi, penguatan aturan lalu lintas, dan pengembangan kesadaran sosial tentang pentingnya saling menghormati antar pengguna jalan.

Kenapa menjadi Arogansi seakan jalan raya miliknya ?


Perilaku arogan di jalan raya, seakan-akan jalan adalah miliknya, dapat disebabkan oleh beberapa faktor psikologis, sosial, dan budaya. Berikut penjelasannya:


Perasaan Superioritas

Pengguna jalan yang merasa dirinya lebih penting atau memiliki status sosial lebih tinggi (misalnya, karena kendaraan yang lebih mewah atau lebih besar) sering kali menunjukkan sikap arogan. Mereka menganggap hak mereka di jalan lebih besar dibandingkan orang lain.


Kurangnya Empati dan Kesadaran Sosial

Individu arogan cenderung tidak mempertimbangkan kebutuhan atau keselamatan pengguna jalan lainnya. Mereka fokus pada kepentingan pribadi dan merasa bahwa aturan atau tata tertib tidak berlaku untuk mereka.


Anonimitas dalam Berkendara

Ketika seseorang berada di dalam kendaraan, mereka merasa terlindungi dan anonim. Hal ini memungkinkan mereka untuk menunjukkan perilaku arogan yang mungkin tidak mereka tunjukkan dalam interaksi sosial langsung.


Kekuasaan Semu

Kendaraan sering memberikan ilusi kekuasaan dan kendali. Pengemudi mungkin merasa lebih "berkuasa" saat mengemudikan kendaraan besar atau mahal, sehingga mereka merasa berhak atas ruang jalan lebih banyak.

Bacajuga

https://www.lintaspasundan.com/2025/01/menjawab-admin-dewan-pers-yang.html

Kurangnya Penegakan Hukum

Jika aturan lalu lintas tidak ditegakkan secara konsisten, pengguna jalan yang arogan merasa bahwa mereka dapat bertindak semaunya tanpa konsekuensi.


Budaya Individualisme atau Kompetisi

Dalam budaya yang menekankan individualisme atau persaingan, pengguna jalan mungkin menganggap jalan raya sebagai "arena kompetisi," di mana mereka harus "menang" dengan mendahului atau menguasai ruang jalan.


Kebiasaan Buruk yang Tidak Dikoreksi

Beberapa orang mungkin tumbuh dalam lingkungan di mana perilaku egois atau arogan di jalan dianggap normal. Kebiasaan ini terus terbawa hingga dewasa.


Frustrasi atau Emosi yang Tidak Terkelola

Kemacetan, keterlambatan, atau tekanan hidup sehari-hari dapat memicu emosi negatif yang diwujudkan dalam bentuk arogansi di jalan raya.


Mengatasi perilaku ini memerlukan pendidikan berkendara yang menekankan empati dan toleransi, serta penegakan hukum yang tegas untuk memastikan semua pengguna jalan bertindak sesuai aturan dan menghormati hak orang lain.




IWAN SINGADINATA.

(KONTRIBUTOR BERITA DAERAH)

@ KAPOLDA JAWA BARAT

@ DITLANTAS POLDA JABAR

@ POLRES TASIKMALAYA KOTA

@ DISPROPAM POLRES TASIKMLAYA KOTA

@ SATUAN POLISI LALU LINTAS TASIKMALAYA KOTA

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.