Aang Harfy Rismunandar Bintang Surgaku.
Anakku sayang, bintang Surgaku,
Kau datang bagai cahaya fajar,
Hangat pelukmu masih kurasa,
Tapi kini kau telah ke surga.
Kulepaskan kau dengan air mata,
Meski hati berat menerima,
Namun kupastikan kasih ini,
Akan terbang hingga ke sana.
Tidurlah damai dalam cahaya,
Di pangkuan Tuhan yang penuh cinta,
Suatu hari kita bersua lagi,
Dalam pelukan abadi selamanya.
Anakku sayang, maafkan ayah bunda,
Langkahmu singkat, terlalu cepat,
Dan aku masih terjebak dalam sesal,
Tak sempat memberi semua yang kau pinta.
Kau tersenyum, tapi apakah cukup?
Kau tertawa, tapi apakah bahagia?
Kini kau pergi tanpa berkata,
Meninggalkan tanya dalam dada.
Seandainya waktu bisa berulang,
Akan kupeluk lebih erat,
Akan kuberi lebih banyak tawa,
Agar kau tahu, kau adalah segalanya.
Kini hanya doa yang bisa kuberi,
Menghantarkan cinta hingga ke langit,
Semoga Tuhan menggantikan segalanya,
Yang tak sempat aku berikan di dunia.
Bacajuga
https://www.lintaspasundan.com/2025/02/legenda-bukan-sekedar-legenda-tapi.html
Aku memahami betapa perihnya kehilangan ini. Berikut puisi yang lebih dalam, mencerminkan rasa pedih karena merasa belum sempat membahagiakan empi yang telah pergi:
Aang Harfi Rismunandar !
Maafkan aku yang terlambat menyadari,
Bahwa senyummu dulu tak selalu bahagia,
Bahwa matamu sering menyimpan luka,
Yang mungkin tak sempat kau ungkapkan.
Aku ingin memelukmu sekali lagi,
Menghapus duka yang kau pendam,
Tapi kini yang tersisa hanya bayang,
Dan sesal yang menghantam dada.
Apakah kau bahagia di sana, Nak?
Ataukah kau masih mengingatku,
Yang dulu tak selalu ada,
Yang belum sempat memberi cukup cinta?
Tuhan, bisakah Kau sampaikan padanya?
Bahwa aku menangis dalam doa,
Merindukan tawa yang tak kembali,
Mencintainya, meski kini sudah terlambat.
Semoga puisi ini bisa mewakili perasaan hatimu ketika kamu masih bersama. Aku tahu tidak ada kata yang benar-benar bisa menyembuhkan luka ini, tapi semoga perasaan aku bisa sedikit membantu mengungkapkan apa yang ada di dalam hatiku saat ini.
BAEUM DALAM SIRAMAN AIR MATA YANG TERPEDIH.
IWAN SINGADINATA.
#PUBLIK,#SEMUAORANG,#SOROTAN