SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA.(06/03/2025). Anaois Politik Tasik Utara Acep Sutrisna, mengatakan bahwa *Pilkada Kabupaten Tasikmalaya 2025 semakin menarik dengan mencuatnya nama Ai Diantani sebagai salah satu kandidat kuat. Sosoknya mulai diperhitungkan setelah Mahkamah Konstitusi (MK) membatalkan kemenangan suaminya, Ade Sugianto, dalam Pilkada sebelumnya. Jika partai-partai pengusung Ade kembali memberikan dukungan kepada Ai, maka peluangnya untuk memimpin Kabupaten Tasikmalaya semakin besar, ujar Acep.
Namun, di balik pencalonannya, muncul dua pertanyaan besar: apakah ini regenerasi kepemimpinan daerah atau bentuk politik dinasti?, Acep menambahkan.
Sebagai pengamat analis politik, Acep melihat pencalonan Ai Diantani bukan sekadar fenomena elektoral biasa. Ini adalah pertarungan antara narasi perubahan dan kesinambungan, antara demokrasi yang sehat dan praktik politik dinasti yang kerap menjadi sorotan.
Lalu, bagaimana peta politik Ai Diantani? Apa saja peluang dan tantangannya? Dan yang paling penting, strategi apa yang harus dilakukan agar ia bisa memenangkan pertarungan dipemiluhan kepala daerah ( Pilkada) 2025?
I. Kekuatan Politik Ai Diantani
a. Modal Sosial dan Elektoral dari Ade Sugianto
Sebagai istri mantan Bupati Tasikmalaya, Ai Diantani memiliki keuntungan elektoral dari basis massa suaminya. Pemilih loyal yang mendukung Ade Sugianto kemungkinan besar masih akan memberikan suara kepada Ai, terutama jika mereka menganggap bahwa pembatalan kemenangan Ade oleh MK adalah bentuk ketidakadilan politik.
Bacajuga
https://www.lintaspasundan.com/2025/03/terkait-putusan-mk-diskualifikasi-cabup.html
Menurutnya ditingkat akar rumput, jaringan politik yang telah dibangun Ade Sugianto selama bertahun-tahun—baik melalui birokrasi, organisasi sosial, maupun jejaring ulama—dapat dimanfaatkan untuk memperkuat posisi Ai Diantani.
Namun, pertanyaannya: apakah pemilih Tasikmalaya ingin melanjutkan kepemimpinan "versi" Ade Sugianto melalui Ai Diantani? Ataukah mereka justru menginginkan sosok baru yang lebih independen?
b. Dukungan dari Partai Politik
Pada Pilkada sebelumnya, Ade Sugianto diusung oleh PDIP, PKB, dan Nasdem. Jika partai-partai ini tetap solid mendukung Ai Diantani, maka ia memiliki modal politik yang kuat untuk bertarung.
Selain itu iuga ada potensi dinamika internal di dalam partai, terutama jika ada kader lain yang juga ingin maju sebagai calon bupati. Jika partai-partai ini lebih memilih figur lain, Ai bisa kehilangan dukungan institusional yang sangat penting dalam pertarungan Pilkada.
c. Potensi Pemilih Perempuan dan Pemilih Milenial
Jika terpilih, Ai Diantani akan menjadi bupati perempuan pertama dalam sejarah Kabupaten Tasikmalaya. Narasi "perempuan bisa memimpin" dapat menjadi daya tarik bagi pemilih perempuan dan kaum muda yang ingin melihat perubahan dalam kepemimpinan daerah.
Untuk saat ini tantangan yang dihadapi adalah bagaimana meyakinkan masyarakat konservatif di Tasikmalaya yang masih memegang budaya patriarki bahwa kepemimpinan perempuan bisa menjadi solusi bagi daerah.
II. Tantangan yang Dihadapi Ai Diantani.
a. Stigma Politik Dinasti
Banyak pihak yang akan mempertanyakan, apakah pencalonan Ai Diantani benar-benar karena kapasitas dan kompetensinya, atau hanya sebagai upaya melanggengkan kekuasaan suaminya?
b. Persaingan dengan Kader Partai Lain dan Figur Baru
Di dalam internal partai, Ai Diantani harus bersaing dengan kader-kader lain yang mungkin merasa lebih layak dicalonkan. Selain itu, ada kemungkinan munculnya figur baru dari partai lain yang bisa menjadi ancaman serius.
Nama-nama seperti Cecep Nurul Yakin (PPP-Gerindra-PKS-Demokrat) dan Iwan Saputra (Golkar-PAN) masih memiliki peluang besar untuk maju. Jika kedua figur ini membentuk koalisi yang solid, mereka bisa menjadi lawan berat bagi Ai Diantani.
III. Strategi Pemenangan Ai Diantani
a. Menegaskan Narasi Regenerasi Kepemimpinan
Untuk menghindari serangan politik dinasti, Ai Diantani harus membangun citra sebagai pemimpin yang mandiri, kompeten, dan memiliki visi sendiri.
Salah satu strategi yang bisa digunakan adalah memperkenalkan program kerja dan kebijakan yang berbeda dari suaminya. Dengan begitu, masyarakat akan melihatnya sebagai pemimpin baru, bukan sekadar perpanjangan tangan dari Ade Sugianto.
b. Memperkuat Dukungan dari Perempuan dan Generasi Muda
Ai Diantani harus mengoptimalkan dukungan dari pemilih perempuan dengan mengusung isu-isu yang dekat dengan mereka, seperti:
-Pemberdayaan ekonomi perempuan melalui pelatihan UMKM dan akses modal usaha.
-Program kesehatan ibu dan anak yang lebih baik.
-Pendidikan dan lapangan kerja bagi generasi muda.
c. Membangun Koalisi Politik yang Solid
Agar memiliki peluang lebih besar, Ai Diantani harus memastikan bahwa partai-partai pendukung Ade Sugianto tetap solid mendukungnya. Selain itu, ia juga bisa mencoba menarik dukungan dari partai lain, seperti PAN atau PPP, agar bisa mendapatkan basis suara yang lebih luas.
d. Blusukan dan Pendekatan Personal ke Masyarakat
Pendekatan langsung ke masyarakat (blusukan) masih menjadi strategi yang efektif, terutama di daerah pedesaan. Ai harus turun langsung menemui petani, nelayan, buruh, dan pedagang kecil, mendengar keluhan mereka, dan menawarkan solusi konkret yang bisa ia lakukan jika terpilih sebagai bupati.
Kesimpulan: Peluang dan Tantangan.
Peluang Ai Diantani:
✅ Memiliki basis pemilih dari suaminya (Ade Sugianto).
✅ Berpotensi mendapat dukungan partai besar seperti PDIP, PKB, dan Nasdem.
✅ Bisa menarik simpati pemilih perempuan dan generasi muda.
✅ Jika terpilih, akan mencetak sejarah sebagai bupati perempuan pertama di Tasikmalaya.
Tantangan yang Harus Dihadapi:
❌ Stigma politik dinasti yang bisa menjadi serangan dari lawan politik.
❌ Persaingan ketat dengan calon lain, terutama dari kubu Cecep Nurul Yakin dan Iwan Saputra.
❌ Basis dukungan yang belum sepenuhnya solid.
❌ Harus membangun citra kepemimpinan yang mandiri dan bukan sekadar bayangan suaminya.
Bacajuga
https://www.lintaspasundan.com/2025/03/puluhan-burung-langka-diselamatkan.html
Pilkada Kabupaten Tasikmalaya 2025 masih sangat dinamis. Jika Ai Diantani mampu memainkan strategi politik yang tepat, menjaga koalisi tetap solid, dan mendapatkan simpati pemilih perempuan serta kaum muda, peluangnya untuk menang sangat terbuka.
Namun yang menjadi pertanyaannya tetap sama: Apakah ini regenerasi kepemimpinan atau politik dinasti?
"Hanya rakyat yang bisa menjawabnya dikotak suara."
IWAN SINGADINATA.
(KONTRIBUTOR BERITA DAERAH)
#AIDIANTANI,#ADESUGIANTO,#PDIP,#KABUPATEN,#TASIKMALAYA,#PIBLIK,#SETIAPORANG,#SOROT