Tidak Semua Wanita Menerima Lelaki Untuk Berpoligami "

Lintaspasundan news

SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA. (03/11/2025) - Banyak wanita yang tidak bisa atau tidak mau menerima poligami, dan itu sangat wajar. Setiap orang punya batas kenyamanan, nilai, dan pandangan hidup masing-masing.


Bulamana semua wanita tidak menerima lelaki untuk berpoligami — bukan karena menolak ajaran atau menentang takdir, melainkan karena memahami hakikat cinta yang mereka yakini. Cinta, bagi sebagian wanita, bukan soal memiliki banyak, tapi tentang memberi sepenuh hati kepada satu jiwa. Mereka percaya bahwa kesetiaan adalah bentuk tertinggi dari kejujuran, dan keutuhan cinta hanya dapat tumbuh di tanah yang tidak terbagi. Poligami, dalam pandangan mereka, bukan sekadar pernikahan ganda, melainkan ujian terhadap makna keikhlasan dan batas hati manusia. Maka, ketika seorang wanita memilih untuk tidak berbagi, itu bukan tanda ego, melainkan keberanian untuk tetap setia pada nilai yang ia anggap suci.

Bacajuga

https://www.lintaspasundan.com/2025/11/cooling-down-newsrahasia-hari-minggu.html

Sebagian wanita melihat pernikahan sebagai ikatan eksklusif yang didasari cinta dan kesetiaan penuh antara dua orang — sehingga ide berbagi pasangan terasa tidak adil atau menyakitkan. Di sisi lain, ada juga yang bisa menerima poligami karena alasan agama, sosial, atau kondisi tertentu, tapi itu tetap keputusan pribadi yang kompleks.


Secara filosofis dari sudut pandang laki-laki — sebagai refleksi batin dari seorang pria yang memahami mengapa wanita menolak poligami:


Dan dari sisi lelaki juga ada yang perlahan menyadari: cinta tidak selalu harus dimiliki dalam jumlah banyak untuk terasa lengkap. Ada yang mengerti bahwa kesetiaan seorang wanita bukan sesuatu yang bisa dibagi, melainkan sesuatu yang hanya bisa dijaga. Seorang lelaki yang bijak tahu, keinginan untuk berpoligami bukanlah ukuran kekuatan, melainkan ujian terhadap pengendalian diri dan makna tanggung jawab.


Ia memahami bahwa setiap wanita memiliki caranya sendiri dalam mencintai — dan ketika seorang wanita memilih untuk tidak berbagi, ia sedang menjaga makna suci dari cinta itu sendiri. Maka lelaki itu tidak memaksa, sebab ia tahu: cinta sejati bukan tentang menambah, tetapi tentang cukup — cukup dengan satu hati yang tulus, satu jiwa yang seirama, dan satu kesetiaan yang tak perlu diuji.


Dr. Aisyah Rahma, seorang ahli psikologi keluarga, mengatakan bahwa banyak wanita menolak poligami bukan karena ketidakpatuhan, melainkan karena “hati manusia tidak dirancang untuk berbagi kasih dalam kadar yang sama; perasaan memiliki dan ingin dimiliki adalah fitrah, bukan kelemahan.”


Sementara itu, Prof. Ahmad Ridwan, pakar sosiologi pernikahan, menambahkan bahwa poligami pada dasarnya lebih merupakan ujian moral daripada hak. Menurutnya, “seorang lelaki yang ingin berpoligami seharusnya terlebih dahulu memahami bahwa tanggung jawab emosional tidak bisa diukur dengan kemampuan materi. Keikhlasan tidak bisa dipaksakan — baik pada diri sendiri, maupun pada pasangan.”


Dari dua pandangan itu, kita bisa belajar bahwa poligami bukan sekadar pilihan, melainkan cermin dari kedewasaan spiritual dan kesanggupan menjaga keadilan yang tak hanya tertulis di atas kertas, tapi hidup dalam hati.


IWAN SINGADINATA 

(KONTRIBUTOR BERITA)

#PUBLIK,#SEMUAORANG,#SOROTANTAJAM,#IINDONESIANTOPOFTHEWORLD

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.